Minggu, 24 November 2013

cincin membawa petaka

Kisah ini,  adalah kisah dimasa kecilku, waktu itu umurku kira-kira 9 tahun dan abang umurnya selisih dua tahun diatas ku,bermula cerita ini karena keinginanku dan abangku kepingin punya cincin, dan memang saat itu teman-teman seumurku sudah memiliki cincin yang terbuat dari biji kelapa sawit yang mereka beli dari penjual keliling dikampungku,,apa daya uang tidak ada,cuma hanya melihat dan rasa kepingin yang sangat mendalam untuk mempunyai cincin seperti itu, Alangkah bangganya mereka memamerkan cincin itu kepada kami, dan memang bagus-bagus, hitam mengkilap dan berkilau-kilauan kena cahaya matahari. Aku dan abangku hanya bisa melihat dan memegang milik mereka dengan catatan tidak boleh lama-lama,nanti rusak kata mereka.Oh...Sungguh kesel dan gedek sekali aku melihat tingkah mereka.
Sore hari bapakku sepulang berdagang membawa oleh-oleh kepada kami satu keranjang buah salak,Wow kami sangat senang sekali, enak sekali rasanya..tiba-tiba terbersit dibenakku biji salak ini. wah kalau biji salak ini dibuat cincin mainan bagus nih..pikirku,selanjutnya kuutarakan kepada abangku untuk membuat cincin dari biji salak ini,Seperti gayung bersambut,akhirnya aku dan abangku sudah sibuk mengeruk biji salak dengan pecahan kaca untuk membuat lubang pada biji salak itu. Dengan hati-hati dan pelan-pelan kami lakukan agar pecahan kaca tersebut tidak mencederai tangan kami. Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, Dan kebetulan pada malam itu malam liburan jadi kami cuma menyibukkan diri membuat cincin itu. Melihat kami berdua sibuk mengerjakan cincin itu,bapakku tertarik dan memperhatikan kami dari tadi,lalu bapakku pun ikut membantu mengikir, dan mengamplas cincin itu, Akhirnya jadi juga cincin tersebut yah menurutku lebih bagus dari cincin kawan-kawan yang mereka beli dari penjual keliling, warnanya putih mengkilat dan ditambah dengan warna kecoklatan hasil pembakaran yang dibakar bapak dengan lampu teplok dari minyak hingga, wah pokoknya kami bangga sekali dengan hasil buatan kami ini. Berulang kali kami masukkan kejari manis kemudian dibuka lagi,diperhatikan lagi. Pukul sudah menunjukkan pukul 9 malam,hasilnya memuaskan, Kalaulah tidak dimalam hari ingin rasanya aku tunjukkan kepada kawan-kawan yang sombong tadi tapi karena hari sudah malam, bersabar hati sampai besok pagi.
Setelah selesai cincin  itu, aku dan abangku langsung memakainya dan sesekali dicium,harumnya nikmat sekali, yah ...namanya aja buatan sendiri,wow bangga sekali rasanya. Karena hari mulai larut akhirnya kami pergi tidur,aku dan abangku tidurnya satu tempat tidur, cincin tetap kami pakai, banyak yang akan kami katakan sama- kawan-kawan besok tentang cincin kesayangan kami ini (ceritanya mau balas dendam), rasanya lama sekali pagi hari. akhirnya kamipun tertidur dengan nyenyaknya.Apanyana didalam tidur kok ada rasa sakit di jari manisku.,menyut..menyut rasanya, aku terbangun dikegelapan malam,oh ya kami tidur lampunya dimatikan,jadi kami tidur gelap-gelapan saja, Kuraba jari manisku...aduh...kayaknya bengkak dan membesar ...aku mulai gelisah...dan akupun berbisik kepada abangku...Bang...bang.bangun bang...kataku.jariku kok sakit ya... kataku lagi, aku juga...sakit rasanya.. jariku, jawab abangku.ternyata dia sudah bangun dari tadi dan merasakan kesakitan dijarinya. Bang jari manisku besar sekali nih,kayak nya bengkak nih..iya punya abang juga nih..,digelapan malam kami disibukkan rasa sakit dijari manis kami. Dan akhirnya atas kesepakatan bersama kami bangunkan Bapak ".Pak...pak..bangun pak....jari kami sakit sekali...kayaknya bengkak nih".berulang-ulang  kami memanggil bapak,akhirnya bapak terbangun dan menghidupkan lampu teplok dari minyak dan kami disuruh keruangan tamu. Dan dikeremangan lampu teplok kami melihat jari kami. Alangkah terkejutnya kami cincin yang dibuat tadi sudah mengecil dan jari manis kami membesar sehingga bentuk cincin hampir tidak kelihatan oleh jari kami yang membengkak. Aku dan abangku hanya bisa merintih kesakitan. Waktu itu kira-kira pukul 2 malam, pagi masih lama, malam masih panjang. Bapak,emak dan kakak-kakakku pada bangun semua, dan akhirnya bapak menghidupkan lampu petromak ditengah malam itu, Aku dan abangku udah pasrah aja, mau diapain cincin yang bagus ini,pokoknya dalam pikiranku tak ada terbesit lagi untuk membalas dendam kepada kawan-kawan besok pagi, yang penting terlepas dari rasa sakit yang mendalam dijari manisku. Berbagai cara bapak mengusahakan agar cincin itu dapat terlepas dari jari manisku, begitu juga emak dan kakakku berbagai cara tuk melepaskan cincin dijari abangku. Hasilnya nihil alias tidak berhasil, akhirnya dengan hati-hati bapak menggergaji cincin kesayangan yang kami banggakan.Gergaji besi dan dicongkel pakai obeng disela-sela jari manis dan dijepit pakai tang dan ditarik yang akhirnya pecah juga.Waktu menunjukan sudah pukul 4 subuh. Setelah berhasil lega rasanya, Dan lambat laun jari manis mulai mengempes dan normal kembali.Memang malam itu malam panjang malam yang membuat gelak tawa ditengah malam.Sungguh kenangan ini tak terlupakan dibenakku,kenangan biji salak yang membawa petaka,